Berguru Pada Bambu

Mengapa bambu tidak tumbang atau patah batangnya ketika diterpa badai atau angin topan?
Apakah karena akarnya dalam? Bukan! Akar pohon pinus lebih dalam. Apakah karena batangnya lebih kuat? Bukan! Pohon ek dan jati lebih kuat batangnya. Kalau begitu apa sebabnya bambu bisa bertahan terhadap angin kencang?

Rahasia ketahanan bambu terhadap angin kencang terletak pada sikapnya. Ketika diterpa badai, pohon-pohon lain berdiri kaku dan tegak seakan-akan menantang kekuatan angin. Akibatnya ranting dan batangnya bisa patah. Sebaliknya bambu justru merunduk dan menunduk. Bambu membiarkan diri diarahkan oleh tiupan angin sampai termiring-miring. Batang bambu bersifat lentur, yaitu bisa berlekuk dan melengkung. Sifat lentur itu menyebabkan pohon bambu mampu bertahan dalam badai dan topan. Sifat lentur itu memulihkan kembali sikap tegak bambu setelah badai berlalu. Pohon lain berkonfrontasi terhadap angin, padahal bambu beradaptasi.Itu bukan berarti bahwa bambu menyerah pada angin. Ia justru bertahan. Akarnya tetap berpegang pada pijakannya. Bahkan akarnya justru jadi kian mendalam.

Badai justru membuat pohon bambu beradaptasi. Agaknya kita bisa belajar dari bambu. Bukankah kita pun bagaikan pohon yang sewaktu-waktu diterpa oleh badai dalam bentuk berbagai persoalan, kesulitan, dan penderitaan? Apa sikap kita menghadapi terpaan angin yang kencang? Apakah kita menantang dan melawan angin seperti pohon-pohon lain? Bisa jadi kita akan patah dan tumbang. Ataukah kita bersikap lentur seperti pohon bambu, yaitu merunduk dan menunduk sampai termiring-miring sekalipun? Dengan sikap seperti itu kita bisa bertahan dan kemudian pulih kembali. Sikap lentur yaitu berkeluk dan melengkungkan diri adalah rahasia untuk bertahan.

Sumber tulisan: Buku ’Selamat Berpulih’, penulis Dr Andar Ismail, terbitan BPK Gunung Mulia Jakarta, 2006


0 komentar to "Berguru Pada Bambu"

Posting Komentar