Kisah Indah Sang Khalifah

Siang di bumi Madinah, suatu hari. Matahari tengah benderang. 
 
 Teriknya sungguh garang menyapa hampir setiap jengkal kota dan pepasir lembah. 
Jalanan senyap, orang-orang lebih memilih istirahat di dalam rumah daripada 
bepergian dan melakukan perniagaan. Namun tidak baginya, lelaki tegap, berwajah 
teduh dan mengenakan jubah yang sederhana itu berjalan menyusuri lorong-lorong 
kota sendirian. Ia tidak peduli dengan panas yang menyengat. Ia tak terganggu 
dengan debu-debu yang naik ke udara. Ia terus saja bersemangat mengayun 
langkah. Sesekali ekor matanya berkerling ke sana ke mari seperti tengah 
mengawasi. Hatinya lega, ketika daerah yang dilewatinya sentosa seperti kemarin.
 
 Hingga ketika ia melewati salah satu halaman rumah seorang penduduk, tiba-tiba 
ia berhenti. Langkahnya surut. Pandangannya tertuju pada anak kecil di sana. 
Ditajamkan pendengarannya, samar-samar ia seperti mendengar suara lirih cericit 
burung. Perlahan ia mendatanginya dan dengan lembut ia menyapa bocah laki-laki 
yang tengah asyik bermain.
 
 "Nak, apa yang berada di tanganmu itu?" Wajah si kecil mendongak, hanya 
sekilas dan menjawab.
 
 "Paman, tidakkah paman lihat, ini adalah seekor burung," polosnya ringan. 
Pandangan lelaki ini meredup, ia jatuh iba melihat burung itu mencericit parau. 
Di dalam hatinya mengalun sebuah kesedihan, "Burung ini tentu sangat ingin 
terbang dan anak ini tidak mengerti jika mahluk kecil ini teraniaya." 
 
 "Bolehkah aku membelinya, nak? Aku sangat ingin memilikinya," suaranya penuh 
harap. Si kecil memandang lelaki yang tak dikenalnya dengan seksama. Ada gurat 
kesungguhan dalam paras beningnya. Lelaki itu masih saja menatapnya lekat. 
Akhirnya dengan agak ragu ia berkata, "Baiklah paman," maka anak kecil pun 
segera bangkit menyerahkan burung kepada lelaki yang baru pertama kali 
dijumpainya. 
 
 Tanpa menunggu, lelaki ini merogoh saku jubah sederhananya. Beberapa keping 
uang itu kini berpindah. Dalam genggamannya burung kecil itu dibawanya menjauh. 
Dengan hati-hati kini ia membuka genggamannya seraya bergumam senang, "Dengan 
menyebut asma Allah yang Maha Penyayang, engkau burung kecil, 
terbanglah...terbanglah..."
 
 Maka sepasang sayap itu mengepak tinggi. Ia menengadah hening memandang burung 
yang terbang ke jauh angkasa. Sungguh, langit Madinah menjadi saksi, ketika 
senyuman senang tersungging di bibirnya yang seringkali bertasbih. Sayup-sayup 
didengarnya sebuah suara lelaki dewasa yang membuatnya pergi dengan langkah 
tergesa. "Nak, tahukah engkau siapa yang membeli burung mu itu? Tahukah engkau 
siapa lelaki mulia yang kemudian membebaskan burung itu ke angkasa? Dialah 
Khalifah Umar nak..."
 
 ***
 
 Malam-malam di kota Madinah, suatu hari.
 
 Masih seperti malam-malam sebelumnya, ia mengendap berjalan keluar dari rumah 
petak sederhana. Masih seperti malam kemarin, ia sendirian menelusuri jalanan 
yang sudah seperti nafasnya sendiri. Dengan udara padang pasir yang dingin 
tertiup, ia menyulam langkah-langkah merambahi rumah-rumah yang penghuninya 
ditelan lelap. Tak ingin malam ini terlewati tanpa mengetahui bahwa mereka 
baik-baik saja. Sungguh tak akan pernah rela ia harus berselimut dalam rumahnya 
tanpa kepastian di luar sana tak ada bala. Maka ia bertekad malam ini untuk 
berpatroli lagi.
 
 Madinah sudah tersusuri, malam sudah hampir di puncak. Angkasa bertabur 
kejora. Ia masih berjalan, meski lelah jelas terasa. Sesekali ia mendongak 
melabuhkan pandangan ke langit Madinah yang terlihat jelita. Maka ia pun 
tersenyum seperti terhibur dan memuja pencipta. Tak terasa Madinah sudah 
ditinggalkan, ia berjalan sudah sampai di luar kota. Dan langkahnya terhenti 
ketika dilihatnya seorang lelaki yang tengah duduk sendirian menghadap sebuah 
pelita. 
 
 "Assalamu'alaikum wahai fulan," ia menegur lelaki ini dengan santun. 
 
 "Apakah yang engkau lakukan malam-malam begini sendirian," tambahnya. Lelaki 
itu tidak jadi menjawab ketika didengarnya dari dalam tenda suara perempuan 
yang memanggilnya dengan mengaduh. Dengan tersendat lelaki itu memberitahu 
bahwa istrinya akan melahirkan. Lelaki itu bingung karena di sana tak ada sanak 
saudara yang dapat diminta pertolongannya. 
 
 Setengah berlari maka ia pun pergi, menuju rumah sederhananya yang masih 
sangat jauh. Ia menyeret kakinya yang sudah lelah karena telah mengelilingi 
Madinah. Ia terus saja berlari, meski kakinya merasakan dengan jelas batu-batu 
yang dipijaknya sepanjang jalan. Tentu saja karena alas kakinya telah tipis dan 
dipenuhi lubang. Ia jadi teringat kembali sahabat-sahabatnya yang mengingatkan 
agar ia membeli sandal yang baru. 
 
 "Umm Kultsum, bangunlah, ada kebaikan yang bisa kau lakukan malam ini," Ia 
membangunkan istrinya dengan nafas tersengal. Sosok perempuan itu menurut tanpa 
sepatah kata. Dan kini ia tak lagi sendiri berlari. Berdua mereka membelah 
malam. Allah menjadi saksi keduanya dan memberikan rahmah hingga dengan selamat 
mereka sampai di tenda lelaki yang istrinya akan melahirkan. 
 
 Umm Kultsum segera masuk dan membantu persalinan. Allah Maha Besar, suara 
tangis bayi singgah di telinga. Ibunya selamat. Lelaki itu bersujud mencium 
tanah dan kemudian menghampirinya sambil berkata, "Siapakah engkau, yang begitu 
mulia menolong kami?"
 
 Lelaki ini tidak perlu memberikan jawaban karena suara Ummi Kultsum saat itu 
memenuhi lengang udara, "Wahai Amirul Mukminin, ucapkan selamat kepada tuan 
rumah, telah lahir seorang anak laki-laki yang gagah."
 
 ***
 
 Sahabat, betapa terpesona, mengenang kisah indah Khalifah Umar bin Khatab. Ia 
adalah seorang pemimpin negara, tapi sejarah mengabadikan kesehariannya sebagai 
orang sederhana tanpa berlimpah harta. Ia adalah orang yang paling berkuasa, 
tapi lembaran kisah hidupnya begitu penuh kerja keras dalam mengayomi seluruh 
rakyatnya. Ia adalah orang nomor satu tapi siang dan malamnya jarang dilalui 
dengan pengawal. Ia seorang penyayang meski kepada seekor burung. Ia sanggup 
berlari tanpa henti demi menolong seorang perempuan tak dikenal yang akan 
melahirkan. Dan ia melakukannya sendiri. Ia melakukannya sendiri.
 
 ***
 Husnul Mubarikah
 
 [eramuslim]

Read more


Apel Yang Luka..

Sebuah pohon apel tumbuh di samping rumah penduduk. Suatu saat batang pohon apel itu pernah patah diterjang angin ribut. SI empunya pohon apel itu memotongnya dengan rapi. Dibungkusnya batang yang luka itu dengan kain melingkar sampai tumbuh tunas baru. Bekas luka potongan itu memang masih ada, tetapi tidak sakit lagi. Bahkan muncul tunas baru, dan akhirnya menghasilkan buah yang berlimpah.

__________________
Dalam kehidupan ini, ada orang yang pernah mengalami luka dan penderitaan yang hebat. Seakan-akan ada orang lain yang memotong sementara garis hidupnya. Pada saat itu ia mengalami kegelapan ; hidupnya suram. Seandainya ia mampu mengolah pengalaman pahit ini, ia akan sembuh, bahkan berbuah seperti pohon apel yang patah itu..

~ dikutip : 85 Mutiara Hidup, Yustinus Sumantri Hp, SJ ~

Read more


Ketika Umar Sang “Singa Padang Pasir ” Menangis

by scorpio in Kisah-Kisah Para Khalifah

Pernahkah anda membaca dalam riwayat akan Umar bin Khatab menangis? Umar bin Khatab terkenal gagah perkasa sehingga disegani lawan maupun kawan. Bahkan konon, dalam satu riwayat, Nabi menyebutkan kalau Syeitan pun amat segan dengan Umar sehingga kalau Umar lewat di suatu jalan, maka Syeitan pun menghindar lewat jalan yang lain. Terlepas dari kebenaran riwayat terakhir ini, yang jelas keperkasaan Umar sudah menjadi buah bibir di kalangan umat Islam. Karena itu kalau Umar sampai menangis tentulah itu menjadi peristiwa yang menakjubkan. Mengapa “singa padang pasir” ini sampai menangis?
Umar pernah meminta izin menemui Rasulullah. Ia mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras. Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya. Aku tidak sanggup menahan tangisku.
Rasul yang mulia bertanya, “mengapa engkau menangis ya Umar?” Umar menjawab, “bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau, padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kisra dan kaisar duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera”.
Nabi berkata, “mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga; sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya.”
Indah nian perumpamaan Nabi akan hubungan beliau dengan dunia ini. Dunia ini hanyalah tempat pemberhentian sementara; hanyalah tempat berteduh sejenak, untuk kemudian kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya..


Read more


Kutu & Lompatan Keterbatasan...

Kutu anjing adalah binatang yang mampu melompat 300 kali tinggi tubuhnya.
Namun, apa yang terjadi.....bila ia dimasukan ke dalam sebuah kotak korek api kosong,
lalu dibiarkan disana selama satu hingga dua minggu?

Hasilnya.................
kutu itu sekarang hanya mampu melompat setinggi kotak korek api saja!
Kemampuannya melompat 300 kali tinggi tubuhnya tiba-tiba hilang!!!

Ini yang terjadi.
Ketika kutu itu berada di dalam kotak korek api, ia mencoba melompat tinggi.
Tapi ia terbentur dinding kotak korek api.
Ia mencoba lagi dan terbentur lagi.
Terus begitu sehingga ia mulai ragu akan kemampuannya sendiri.

Instinct of animal-nya berkata ,
"Sepertinya kemampuan saya melompat memang hanya segini".
Kemudian loncatannya disesuaikan dengan tinggi kotak korek api.
Aman...... dia tidak membentur. Saat itulah dia menjadi sangat yakin :
"Nah benar kan......? Kemampuan saya memang cuma segini....... Inilah saya!"

Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api,
dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan lompatnya......
hanya setinggi kotak korek api........!!!
Sang kutu pun hidup seperti itu hingga akhir hayat.
Kemampuan yang sesungguhnya tidak tampak.
Kehidupannya telah dibatasi oleh lingkungannya.

Sesungguhnya di dalam diri kita juga banyak kotak korek api. misalnya :

Anda memiliki atasan yang tidak memiliki jiwa kepemimpinan yang memadai.
Dia type orang yang selalu takut tersaingi bawahannya,
sehingga dia sengaja menghambat perkembangan karir kita.
Ketika anda mencoba melompat tinggi, dia tidak pernah memuji, bahkan justru tersinggung.
Dia adalah contoh kotak korek api yang bisa mengkerdilkan anda.

Teman kerja juga bisa jadi kotak korek api. Coba ingat, ketika dia bicara begini :

"Ngapain sih kamu kerja keras seperti itu, kamu nggak bakalan dipromosikan, kok".

Ingat........!!! Mereka adalah kotak korek api........!!!.
Mereka bisa menghambat perkembangan potensi diri Anda.....!!!

Read more


Lilin vs Bintang

Suatu hari terjadi percakapan antara sebuah bintang dan sebatang lilin.


Lilin itu berkata, "Bintang, mengapa aku hanya ada untuk diletakkan di suatu ruangan sempit sampai batangku habis terbakar dan mati? Jika beruntung saya akan berada di ruangan pesta atau restoran mewah, tapi jika tidak beruntung aku hanya diletakkan di kamar kecil. Sedangkan engkau, cahayamu bisa menyinari langit malam yang luas."


Sambil tersenyum sang bintang pun menjawab, "Aku memang bersinar di langit yang luas, namun sinarku hanya akan tampak di malam hari, sedangkan engkau dapat bersinar kapan pun diperlukan."


Seperti lilin, kita seringkali mengeluhkan kondisi yang kita alami. Sebagai karyawan, kadang kita merasa tidak seberuntung rekan kerja yang lain. Kita merasa bahwa beban perkejaan lebih menumpuk, atau mendapat ruangan yang tidak senyaman mereka, kemudian kita membandingkan diri dan berkata, "Andai saja aku bisa memilih... "


Jangan pernah mengeluh, Tuhan mau kita saling memperlengkapi satu dengan yang lain. Dan semua yang kita terima saat ini, walaupun tidak sesuai dengan harapan kita, itu semua ada dalam rencana-Nya. Dia tahu apa yang terbaik buat kita, dan Tuhan pasti mengingat apa yang sudah kita perbuat.


_ Kisah-kisah inspiratif -

Read more


Kisah-kisah Inspiratif : Doa Seorang Anak Kecil

Ada suatu cerita. Suatu ketika ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa.

Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!" Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil tu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha... sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan... Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?" Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan," kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
................................................

Read more


Kisah itik dan kura-kura

Ada dua ekor itik dan seekor kura-kura yang bersahabat baik tinggal di suatu area yang semakin kering karena kemarau panjang. Binatang-binatang yang tinggal di situ telah lama meninggalkan tempat tersebut karena semakin hari semakin sulit untuk mendapatkan makanan dan minuman. Semua kolam kering dan tanaman semakin kekuningan dimamah sinar mentari yang panas membara.

Karena kondisi semakin mendesak, maka dua ekor itik itupun telah berpakat dan memutuskan untuk pindah ke area yang lebih lembab dan berair. Kura-kura merasa risau karena sahabat baiknya ingin meninggalkan tempat tersebut. Dengan keadaannya yang bergerak lambat dan tidak dapat terbang seperti mereka, agak mustahil untuk dirinya mengikuti jejak mereka. Maka dia pun berkata kepada kedua ekor itik tersebut.

"Kalian ingin pindah, nanti aku akan mati kekeringan di sini. Aku tidak bisa terbang mengikutimu mencari tempat yang lebih baik."
"Hmmm .. benar juga kata kamu Si Kura-Kura. Owh, tidak mengapa jika kamu ingin, kami dapat membantu kamu untuk sama-sama pindah," ujar salah seekor bebek tersebut setelah berpikir sejenak.



"Bagaimana?" balas kura-kura kembali.

"Kami berdua akan menggigit sebatang kayu dan kamu juga harus menggigit kayu itu untuk sampai ke tujuan kita dengan selamat. Bagaimana, kamu setuju?" Soal itik.

"Owh, kalau begitu aku setuju," kura-kura memberi persetujuan tanpa berbelah bagi.

Maka terbanglah kedua ekor itik itu mencari tempat tinggal baru bersama kura-kura. Tiba-tiba sedang dalam suatu area, ada beberapa orang anak nakal yang mengejek kura-kura.

"Hei kura-kura! Ada hati mau terbang tinggi. Engkau itu sudah memang alamiahnya tidak bisa terbang, berani benar terbang tinggi macam itik."

Kura-kura merasa geram dan marah dengan ejekan tersebut, tetapi dia masih tidak berkata apa-apa karena dia tahu jika dia membuka mulut pasti dia akan terjatuh.


Kedua bebek tersebut terus terbang meninggalkan mereka

"Kura-kura, kami kagum dengan semangat yang ditampilkan oleh kamu. Meskipun kamu tidak dapat terbang, tetapi kamu berusaha dengan gigih dan ingin ditolong oleh sahabat-sahabat mu," jerit mereka ke kura-kura.

Disebabkan terbuai dengan pujian anak-anak tersebut, maka kura-kura pun membuka mulutnya untuk menjawab pujian itu.
'ALHAMDULILLAH, aku ingin pergi ke tempat yang lebih baik dan berair bersama itik-itik "
Sebelum sempat menghabiskan kata-katanya, maka jatuhlah kura-kura itu ke atas tanah dan tercerai berailah badannya.

Begitulah berakhirnya kisah Bebek dan Kura-Kura. Bila dicaci, dihina, kura-kura begitu kuat tetapi kura-kura yang dulu bersemangat kental akhirnya mati menyembah bumi karena sedikit pujian.
***
Begitu juga dengan kita, kita akan kuat bila dihina dan diberi berbagai cobaan tetapi kita mudah terbuai dengan puji-pujian.

Dalam kehidupan ini,  janganlah kita  cepat lemah dengan cacian, dan cepat riak dengan hanya sedikit pujian. Sebaliknya bersyukur dan jadikan setiap cacian, umpatan dan fitnah tersebut sebagai sumber kekuatan kita untuk terus berhasil. Dan jika kita dipuji, janganlah pula merasa terlalu bangga. Sebaliknya kembalikanlah segala pujian tersebut kepada-Nya, kerana tanpa keizinan-Nya tidak mungkin kita mampu memiliki apa yang kita usahakan.

Awal pujian adalah lembah kehinaan. Janganlah kita mudah terbuai dengan pujian yang diberikan, kelak kita yang akan binasa.



---------------------
- Artikel iluvislam.com -

Read more


3 Hal dalam hidup

3 hal dalam hidup yang tak pernah kembali:
1. Waktu
2. Perkataan
3. Kesempatan
Kita tak bisa memutar kembali waktu, tapi kita bisa menciptakan kenangan dengan waktu yang masih kita punya dan memanfaatkan waktu yang ada, walau sebentar, untuk menciptakan kenangan yang berarti^^
Time is free but it’s priceless, u can’t own it but u can use it. U can’t keep it but u can spend it =)

Kita tak bisa menarik ucapan kasar yang keluar dari mulut kita atau statement yang telah membuat harga diri kita lebih penting dari pada menariknya kembali dan mengucapkan maaf.
Kita tak bisa menghapus caci maki yang telah kita katakan hingga membuat orang lain marah, terluka atau menangis.
*Tapi kita bisa membuat apa yang selanjutnya keluar dari mulut kita menjadi lebih banyak pujian dibanding caci maki, lebih banyak syukur dan terima kasih dari pada keluhan atau komplain, dan lebih banyak nasihat positif dari pada sulutan amarah^^

Kita tak bisa mendapatkan kembali kesempatan yang sudah kita lewatkan.
*Tapi kita bisa menciptakan peluang untuk membuat kesempatan-kesempatan lain datang dalam hidup kita dengan lebih memperhatikannya^^

3 hal dalam hidup yang tak boleh hilang:
1. Kehormatan
2. Kejujuran
3. Harapan
Jika kita tidak memiliki uang, dan masih memiliki kehormatan, maka bersyukurlah karena kehormatan merupakan salah satu kekayaan yang masih berharga di mata orang lain.
Jika kita telah kehilangan kehormatan dan ingin memulihkannya, maka pergunakanlah kejujuran untuk meraih kehormatan kita kembali karena orang-orang yang jujur adalah orang-orang yang terhormat.
Jika kita telah kehilangan kehormatan karena ketidakjujuran kita, milikilah harapan bahwa suatu saat mereka akan mengerti alasan dibalik semuanya. Milikilah harapan bahwa kita bisa memperbaiki kehormatan meski dengan susah payah. Milikilah harapan bahwa meski banyak orang yang takkan lagi percaya karena kita pernah melakukan hal-hal yang tidak jujur, pada waktunya nanti, mereka akan melihat sendiri upaya kita^^

Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu.
Karena di mana ada kemauan, di situ ada jalan^^

3 hal dalam hidup yang paling berharga:
1. Keluarga
2. Sahabat
3. Cinta

Kekayaan bukan soal berapa banyak uang yang anda miliki.
Kekayaan adalah apa yang masih anda miliki saat anda kehilangan semua uang anda.
Jika anda kehilangan semua uang anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki keluarga.
Jika anda kehilangan semua keluarga anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki sahabat.

What is the difference between blood and friend?
>>Blood enters the heart and flows out, but friend enters the heart and stay inside.
Jika anda kehilangan semua keluarga anda dan tak ada satu pun sahabat, maka ingatlah bahwa anda masih memiliki cinta untuk mendapatkan mereka kembali, untuk mengenang masa-masa indah bersama mereka dan untuk menciptakan persahabatan yang baru dengan kehangatan kasih yang mampu anda berikan^^

If love hurts, then love some more.
If love hurts some more, then love even more.
If love hurts even more, then love till its hurt no more^^
Gbu all^^
Patricia Grace

Read more


Amarah, Paku & Kayu..

Dalam 1 keluarga terdapat seorang anak yang begitu gampang tersinggung dan selalu marah.bila anak tersebut marah dia tidak peduli dimanapun dia berada dan bersama siapapun, orang sekelilingnya selalu menjadi korbannya. Banyak sekali orang tersinggung dan sakit hati akibat perbuatan dia.

Suatu hari dia bertanya kepada ayahnya yg bijak " ayah, bagaimana saya harus menahan rasa amarah itu jika saya sedang kesal " ayahnya hanya menyarankan " jika dalam keadaan kondisi sedang marah, ambilah paku dan setiap kamu marah tancapkan paku tersebut kedalam kayu ini. Setiap kali anak tersebut sedang marah, dia selalu menancapkan paku tersebut ke kayu, sesuai dgn saran ayahnya.

Namun suatu saat dia merasa gembira sekali karena dia sudah bisa menahan rasa marah dan dia menceritakan lagi kepada ayahnya bahwa dia sudah mengendalikan amarah dia, lalu ayahnya yg bijak menyarankan " sekarang kamu sudah bisa menahan rasa marah, dalam keadaan gembira sekarang coba kamu tarik semua paku-paku tersebut dari kayu ini. "akhirnya anak itu mengikuti saran ayahnya. Setelah ayahnya melihat lalu berkata " apa yg kamu lihat dalam kayu ini ? anak itu menjawab " banyak sekali lubang pak.." lalu ayahnya tersenyum, dan mengatakan " lubang itu adalah amarahmu dan kayu itu adalah orang yang ada disekelilingmu, sekarang kamu telah mencabutnya tapi bekas lubang itu tetap ada. Gimanapun kamu minta maaf, manusia tetap meninggalkan luka akibat perbuatanmu."


- kumpulan kisah-kisah inspiratif-

Read more


Ikan Mas yg tergantung...

Di sebuah telaga besar milik seorang saudagar kaya, hidup lah bermacam-macam ikan dengan aneka warna dan jenisnya. Di telaga yang besar itupula tumbuh berbagai macam tanaman air yang menghiasi panorama keindahan telaga itu sendiri, sehingga memberikan suasana tenang bagi siapa saja yang melihatnya. Tepat ditengah telaga tersebut, terdapat sebuah air mancur kecil, yang menghasilkan gelembung-gelembung udara didalam air. Sehingga ikan-ikan yang berada didalam telaga tersebut terlihat kesana kemari dengan gembira bermain-main dengan gelembung-gelembung air tersebut.

Sang saudagar kaya sangat mencintai ikan-ikannya sehingga dengan rajin setiap harinya, dia memberi makan ikan-ikan ditelaga itu dengan udang-udang kecil yang dihaluskan. Hampir ratusan ikan yang tinggal didalam telaga tersebut, dengan berbagai macam jenis dan bentuknya. Dari ratusan ikan tersebut, terdapat seekor ikan mas bertubuh besar dan berwarna emas. Sepintas ikan ini sangatlah lincah dan menarik, namun ada satu sifat jelek yang dimiliki ikan ini, yaitu sifat ketergantungannya.

Pada saat siang hari, ikan-ikan di telaga tersebut seperti biasa menanti tuannya untuk memberi makan, termasuk si ikan mas. Namun setelah ditunggu-tunggu sang saudagar kaya yang dinanti tidak kunjung datang. Ternyata karena suatu kesibukkan mengharuskan sang saudagar kaya untuk keluar kota untuk waktu yang agak lama.setelah penantian yang cukup panjang, sang saudagara kaya belum muncul juga sehingga Ikan-ikan ditelaga tersebut berinisiatif memakan tanaman air yang ada disekitar telaga tersebut, hanya si ikan mas yang tetap menunggu dan menunggu

“Hai ikan mas, makanlah tanaman air ini, kamu tinggal menggigit dan mengunyahnya, untuk makan siang kamu” Teriak ikan-ikan yang lain kepada si ikan mas

“Tidak, akan tidak bisa memakan dan mengigitnya. Saya tidak terbiasa makan ini. Saya akan tetap menunggu tuan kita memberi makan saya” Jawab ikan mas itu dengan ketusnya

Hari semakin malam, namun sang saudagar kaya yang ditunggu ikan mas tersebut, tidak kunjung datang. Ikan-ikan yang lain, sudah kenyang menyantap tanaman air, hanya si ikan mas yang kelaparan karena belum memakan apa pun. Akibat menahan lapar yang begitu dahsyat, si ikan mas mulai merasa lemas di sekujur tubuhnya, namun dia tetap merasa tidak bisa memakan tanaman air tersebut, karena dia sudah terbiasa diberikan makan oleh tuannya.

Sudah dua hari, si ikan mas menahan lapar dan akhirnya tubuhnya pun kaku karena kelaparan, di lubung makanan yang berlimpah. Dia mati bukan karena tidak ada makanan, namun karena sifat ketergantungan terhadap orang lain dan kemelakatan atas makanan yang dia makan, tidak mau melepaskan keinginannya untuk mengambil makan lain sebagai pengganti menu makanan sehari-harinya.

Banyak sekali kita melihat di kehidupan ini, sifat ketergantungan yang berlebih terhadap orang tua, saudara, suami, istri dan terhadap orang lain. Sifat ketergantungan yang berlebih akan membuat diri kita tidak terasah, merasa tidak percaya diri dan tidak mampu mengekpresikan kemampuan diri kita. Kita boleh belajar, mengikuti dan dimotivasi oleh orang lain, namun hendaknyalah kita harus selalu yakin pada kemampuan diri kita dan menjadi diri kita sendiri, karena setiap orang punya kemampuan untuk menjadi sukses, hanya pandangan dan perjuangan akan arti sukses yang salah, yang menghalangi datangnya kesuksesan tersebut. Jadilah diri anda seutuhnya dan jangan melekat kepada sesuatu..

_ kumpulan cerita Inspiratif _

Read more


Kisah Burung Elang

Semua orang tahu bahwa elang adalah burung yang mampu terbang paling tinggi di dunia ini. Elang bahkan membuat sarang di ketinggian. Padahal semua tahu bahwa di ketinggian, angin selalu bertiup sangat kencang.

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang didunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan:
Menunggu kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan --- suatu proses transformasi yang panjang selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang , berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali.

Elang selama ini menjadi icon bagi banyak motivator trainer untuk menunjukkan bahwa seseorang perlu memotivasi diri untuk terus terbang ke atas semakin tinggi hingga sampai di atap dunia. Bahkan ada novel kecil dengan judul "Jonathan Livingstone Seagull", tentang seekor Camar yang berusaha untuk terbang lebih tinggi seperti elang.

Ternyata elang tidak mendapatkan semua itu secara serta merta. Bahkan secara genetis saja elang tidak mendapatkan kemudahan untuk terbang tinggi. Benar bahwa bentuk tubuh, rentang sayap dan kekuatan kepak dan bulu-bulu sayap memang memungkinkan elang untuk terbang tinggi. Tetapi kemampuan terbang tinggi itu tidak mudah untuk dipertahankan.

Hanya saja, elang tidak melakukan pilihan. Elang melakukan begitu saja tanpa berfikir. Semua proses 150 hari tersebut dilakukan tanpa pernah menimbang-nimbang apakah akan terasa menyakitkan. Bagaimana dia mengumpulkan makanan agar tetap memiliki energi selama proses transformasi, tidak pernah dia fikirkan. Semua dijalankan sebagai sebuah keharusan hidup.

Sebagai manusia kita memang memiliki kebebasan untuk memilih. Namun sayangnya ada zona kenyamanan yang seringkali membatasi pilihan-pilihan hidup kita. Tetapi benarkah kita lebih menyukai kenyamanan kekinian dibandingkan kenyamanan lain.

Kenyamanan lain? Ya, ada beberapa hal yang selama ini kita tidak miliki dan sangat ingin kita miliki, tetapi itu berarti kita harus mengubah sesuatu. Cara hidup kita selama ini perlu kita ubah bila kita ingin mendapatkan sesuatu.

Analoginya sangat mudah, ketika Anda ingin pergi ke suatu tempat padahal Anda tidak sedang berada di tempat itu, maka Anda harus bergerak pindah tempat. Bukankah itu berarti tempat Anda berdiri berubah. Maka, ketika Anda memang tidak ingin pergi kemana-mana, Anda memang tidak perlu berubah. Ketika Anda tidak ingin mendapatkan sesuatu, Anda memang tidak perlu berubah. Tidak perlu keluar dari zona kenyamanan Anda.

Zona yang Anda tuju justru bisa saja lebih nyaman, namun sayang sekali, antara zona kenyamanan yang sekarang dengan zona kenyamanan yang Anda tuju berjarak dan melewati zona tidak-nyaman. Lihatlah ada 150 hari penuh zona tidak-nyaman bagi elang.

Ada kabar baik, ada kabar buruk di atas tadi. Semua sekarang tergantung pilihan Anda. Anda toh bukan elang yang tidak bisa memilih… " UBAHLAH APA YANG MASIH BISA DIUBAH. TERIMALAH APA YANG MEMANG SUDAH TIDAK BISA DIRUBAH. HINDARKAN DIRI DARI HAL-HAL YANG BERPOTENSI MENDATANGKAN PERUBAHAN BURUK"


__ Kisah - kisah Inspiratif __

Read more


Kisah Si Penebang Pohon

 Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin. Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu”.
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan.

Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu mengasah kapak?”
“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga”. Kata si penebang.
“Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.
Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.

Istirahat bukan berarti berhenti ,Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!



-- Kisah-kisah Inspiratif--

Read more


Dialog Bayi dengan Tuhannya sebelum Lahir ke Dunia

Suatu ketika, seorang bayi siap dilahirkan ke dunia. Menjelang dikeluarkan ke alam dunia, dia bertanya kepada Tuhan yang menciptakannya:


Bayi: “Tuhan, para malaikat di sini mengatakan bahwa besok aku akan dilahirkan ke dunia. Tetapi, bagaimana caranya aku hidup di sana? Aku begitu kecil dan lemah.”


Tuhan: “Aku telah memilih satu malaikat untukmu. Ia akan selalu menjaga dan menyayangimu setiap saat.”


Bayi: “Tapi aku sudah betah di surga ini, apa yang kulakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagiku untuk bahagia.”


Tuhan: “Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan lebih berbahagia.”


Bayi: “Apa yang dapat kulakukan kalau aku ingin berbicara padamu?”


Tuhan: “Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.”


Bayi: “Aku mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat. Siapa yang akan melindungiku Tuhan”?


Tuhan: “Malaikatmu akan melindungimu dengan taruhan jiwa raganya.”


Bayi: “Tapi aku akan bersedih karena tidak melihat Engkau lagi.”

Tuhan: “Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesungguhnya Aku selalu berada di sisimu.”
Saat itu surga begitu tenangnya … sehingga suara dari bumi pun dapat terdengar dan sang anak dengan suara lirih bertanya:

Bayi: “Tuhan… jika aku harus lahir ke dunia sekarang, bisakah Engkau memberitahuku, siapa nama malaikat di rumahku itu nanti”?

Tuhan: “Kamu akan memanggil malaikatmu itu dengan sebutan: I… B… U …”
____________________

Kenanglah ibu yang menyayangimu. Untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika kau jauh darinya. Ingatkah engkau ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu?

Ingatkah engkau ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu? Dan ingatkan engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit. Sesekali jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah tempat kau dilahirkan. Kembalilah dan mohon maaf pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu. Jangan biarkan kau kehilangan saat-saat yang akan kau rindukan di masa datang ketika ibu telah tiada. Tak ada lagi di depan pintu yang menyambut kita, tak ada lagi senyuman indah tanda bahagia, yang ada hanyalah kamar kosong tiada penghuninya … yang ada hanyalah baju yang digantung di lemarinya… Tak ada lagi … dan tak akan ada lagi … yang akan meneteskan air mata mendo’akanmu disetiap hembusan nafasnya.
Pulang..dan kembalilah segera … peluklah ibu yang selalu menyayangimu … Ciumlah kaki ibu yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya..

Disempurnakan dari http://o-onews.blogspot.com/2010/09/perbicaraan-bayi-dengan-tuhan-sebelum.html

Read more


Burung Pipit, Kerbau & Kucing

Ketika musim kemarau baru saja mulai, seekor Burung Pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat.

Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara yang konon kabarnya, udaranya selalu dingin dan sejuk. Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.

Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju.

Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal. Si Burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat. Dia merintih menyesali nasibnya.

Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang kebetulan lewat datang menghampirinya. Namun si Burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor Kerbau, dia menghardik si Kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.

Si Kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat diatas burung tersebut. Si Burung Pipit semakin marah dan memaki maki si Kerbau.

Lagi-lagi Si Kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si Burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa dia pasti akan mati tak bisa bernapas. Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan pelan meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah.

Si Burung Pipit berteriak kegirangan,bernyanyi keras sepuas puasnya-nya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang
masih menempel pada bulu si burung. Begitu bulunya bersih, Si Burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.

Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia
terasa gelap gulita bagi si Burung, dan tamatlah riwayat si Burung Pipit ditelan oleh si Kucing.

Dari kisah ini, banyak pesan moral yang dapat dipakai sebagai pelajaran:

1. Halaman tetangga yang nampak lebih hijau, belum tentu cocok    buat kita.
2. Baik dan buruknya penampilan, jangan dipakai sebagai satu satunya ukuran.
3. Apa yang pada mulanya terasa pahit dan tidak enak, kadang kadang bisa berbalik membawa hikmah yang menyenangkan, dan demikian pula sebaliknya.
4. Ketika kita baru saja mendapatkan kenikmatan, jangan lupa dan jangan terburu nafsu, agar tidak kebablasan.
5. Waspadalah terhadap Orang yang memberikan janji yang berlebihan.

Read more


Filosofi dari Sebuah Tempayan Retak

Seorang tukang air India memiliki dua tempayan besar, Masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan
Yang dibawa menyilang pada bahunya.
Satu dari tempayan itu retak,
Sedangkan tempayan satunya lagi tidak.
Jika tempayan yang tidak retak itu selalu membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari  mata air ke rumah majikannya. Tempayan itu hanya dapat air setengah penuh,
Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari.
Si tukang air hanya dapat membawa
Satu setengah tempayan air ke rumah majikannya.
Tentu saja si tempayan yang tidak retak
Merasa bangga akan prestasinya,
Karena dapat menunaikan  tugasnya dengan sempurna.
Namun si tempayan retak yang malang itu
Merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya
Dan merasa sedih sebab ia hanya dapat
Memberikan setengah dari porsi yang seharusnya
Dapat diberikannnya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini,
Tempayan retak itu berkata kepada si tukang air,
“Saya sungguh malu pada diri saya sendiri,
dan saya ingin mohon maaf kepadamu.”
“Kenapa?” tanya si tukang air,
“Kenapa kamu merasa malu?”
“Saya hanya mampu, selama dua tahun ini,
membawa setengah porsi air dari yang seharusnya
dapat saya bawa karena adanya retakan
pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor
sepanjang jalan menuju rumah majikan kita.
Karena cacadku itu, saya telah membuatmu rugi.”
Kata tempayan itu.
Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak,
Dan dalam belas kasihannya, ia berkata,
“Jika kita kembali ke rumah majikan besok,
aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah
di sepanjang jalan.”

Benar, ketika mereka naik ke bukit,
Si tempayan retak memperhatikan
Dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah
Di sepanjang  sisi jalan,
Dan itu membuatnya sedikit terhibur.

Namun pada akhir perjalanannya, Ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor,
dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.
Si tukang air berkata kepada tempayan itu,
“Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga
di sepanjang jalan di sisimu
tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan
di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu
Itu karena aku selalu menyadari akan cacadmu.
Dan aku memanfaatkannya.
Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu,
Dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air,
Kamu mengairi benih-benih itu.
Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga
Indah itu untuk menghias meja majikan kita.
Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang. “
Setiap dari kita memiliki
Cacad dan kekurangan kita sendiri.
Kita semua adalah tempayan retak.
Namun jika kita mau,
Tuhan akan menggunakan kekurangan kita
Untuk menghias-Nya.
Di mata Tuhan yang bijaksana,
Tak ada yang terbuang percuma.
Jangan takut akan kekuranganmu.
Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun
Dapat menjadi sarana keindahan Tuhan.
Ketahuilah, didalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.

Read more


Berguru Pada Bambu

Mengapa bambu tidak tumbang atau patah batangnya ketika diterpa badai atau angin topan?
Apakah karena akarnya dalam? Bukan! Akar pohon pinus lebih dalam. Apakah karena batangnya lebih kuat? Bukan! Pohon ek dan jati lebih kuat batangnya. Kalau begitu apa sebabnya bambu bisa bertahan terhadap angin kencang?

Rahasia ketahanan bambu terhadap angin kencang terletak pada sikapnya. Ketika diterpa badai, pohon-pohon lain berdiri kaku dan tegak seakan-akan menantang kekuatan angin. Akibatnya ranting dan batangnya bisa patah. Sebaliknya bambu justru merunduk dan menunduk. Bambu membiarkan diri diarahkan oleh tiupan angin sampai termiring-miring. Batang bambu bersifat lentur, yaitu bisa berlekuk dan melengkung. Sifat lentur itu menyebabkan pohon bambu mampu bertahan dalam badai dan topan. Sifat lentur itu memulihkan kembali sikap tegak bambu setelah badai berlalu. Pohon lain berkonfrontasi terhadap angin, padahal bambu beradaptasi.Itu bukan berarti bahwa bambu menyerah pada angin. Ia justru bertahan. Akarnya tetap berpegang pada pijakannya. Bahkan akarnya justru jadi kian mendalam.

Badai justru membuat pohon bambu beradaptasi. Agaknya kita bisa belajar dari bambu. Bukankah kita pun bagaikan pohon yang sewaktu-waktu diterpa oleh badai dalam bentuk berbagai persoalan, kesulitan, dan penderitaan? Apa sikap kita menghadapi terpaan angin yang kencang? Apakah kita menantang dan melawan angin seperti pohon-pohon lain? Bisa jadi kita akan patah dan tumbang. Ataukah kita bersikap lentur seperti pohon bambu, yaitu merunduk dan menunduk sampai termiring-miring sekalipun? Dengan sikap seperti itu kita bisa bertahan dan kemudian pulih kembali. Sikap lentur yaitu berkeluk dan melengkungkan diri adalah rahasia untuk bertahan.

Sumber tulisan: Buku ’Selamat Berpulih’, penulis Dr Andar Ismail, terbitan BPK Gunung Mulia Jakarta, 2006

Read more


Mangkuk Kayu - Kisah Inspiratif

 (Terjemahan dari: The Wooden Bowl)


Seorang pria tua tua tinggal dengan bersama anaknya yang telah beristri dan memiliki anak usia empat tahun. Tangan pria tua itu gemetar, penglihatannya kabur, dan langkahnya tersendat. Ia bersama anaknya sekeluarga selalu makan bersama di meja keluarga. Tapi lelaki tua itu mengalami kesulitan setiap kali makan karena tangannya gemetar dan pandangannya kurang jelas. Kerap kali sendok atau garpu jatuh dari tangannya atau jatuh ke lantai. Apabila dia memegang gelas, air minum atau susu tumpah di taplak meja.
Anak dan menantunya menjadi jengkel dengan kekacauan itu. "Kita harus melakukan sesuatu untuk bapak," kata anak kepada istrinya . "Cukup sudah susu tumpah, berisik saat makan, dan makanan berhamburan di lantai". Lalu suami dan istri itu meletakan sebuah meja kecil di sudut ruang makan mereka. Di sana, pak tua itu makan sendirian sedangkan anaknya bersama keluarganya menikmati makan malam mereka di meja lain.

Sejak pak tua sering menjatuhkan piring saat makan karena tangannya yang tidak kuat memegangnya, makanannya disajikan di sebuah mangkuk kayu. Ketika anaknya sekeluarga meliriknya saat makan, air mata pak tua mengalir di pipinya. Ia makan sendirian disudut ruangan dengan makanan yang ditaruh dalam mangkuk kayu. Dan apabila pak tua menumpahkan makanan atau menjatuhkan garpu, anak dan menantunya memarahinya dengan peringatan keras.

Empat tahun mereka memandangnya makan di sudut ruangan dengan diam. Suatu malam sebelum makan malam, sang ayah melihat anaknya bermain dengan potongan-potongan kayu di lantai. Dia bertanya kepada anaknya dengan dengan lembut, "Apa yang kamu lakukan dengan potongan kayu itu, Sayang?" Dengan tersenyum, si kecil itu menjawab, "Oh.., saya mau membuat mangkuk kecil untuk dipakai saat makan ketika Ayah dan Ibu menjadi tua nanti." Anak itu tersenyum manis dan kembali terus bermain.

Kata-kata anaknya begitu menusuk hatinya. Kemudian air mata mulai mengalir di pipi mereka. Meskipun tidak ada kata yang diucapkan, suami dan istri itu tahu apa yang harus dilakukan. Malam itu sang suami memegang tangan pak tua, ayahnya dan dengan lembut membawanya kembali ke meja keluarga, makan bersama mereka. Baik suami maupun istri tidak peduli lagi ketika garpu dijatuhkan, susu tumpah, atau taplak meja yang kotor.

Diposkan oleh Frater Bunda Hati Kudus di Senin, November 15, 2010

Read more


Aku Bertanya Pada TUHAN

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak kaya…

Lalu Dia menunjukkan seorang pria dengan banyak harta, tetapi hidup kesepian, dan tidak memiliki siapapun untuk berbagi.


Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak cantik…

Lalu Dia menunjukkan seorang wanita dengan kecantikan yang melebihi lainnya, tetapi memiliki karakter yang buruk.


Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia membiarkan aku menjadi tua…

Lalu Dia menunjukkan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun sedang terbujur kaku, meninggal karena kecelakaan mobil.


Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak memiliki rumah besar…

Lalu Dia menunjukkan sebuah keluarga yang beranggotakan 6 orang, baru saja diusir dari rumah yang kecil sesak…dan terpaksa tinggal dijalanan.


Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku harus bekerja…

Lalu Dia menunjukkan seorang pria, yang tidak bisa menemukan satu pekerjaan pun, karena tidak memiliki kesempatan untuk belajar membaca.


Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak menjadi orang terkenal…

Lalu Dia menunjukkan seseorang yang memiliki banyak sahabat, tetapi semuanya pergi ketika orang itu tidak memiliki harta lagi.


Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak pintar…

Lalu Dia menunjukkan seorang yang terlahir jenius, tetapi dipenjara karena menyalahgunakan kepintarannya untuk kejahatan.



Aku tahu sekarang betapa besar TUHAN mengasihiku…

Dan itu cukup bagiku

Read more


Saya Menangis 3 kali Untuk Adikku

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak sawah, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu digenggamnya.
"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?
Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjamuang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, danberkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya dilokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotortertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan,"Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelahpacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggalbersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemenpemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumahsakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acaraperayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, iaberada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dandalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

bagaimana menurut Anda sekalian??
mengharukan bukan..
kadang kita sering lupa
kebaikan dan kasih sayang orang lain...
ingatlah..
kebaikan sekecil apapun selalu ada maknanya bagi seseorang

Read more